John Goodlad, seorang tokoh pendidikan Amerika Serikat, pernah melakukan penelitian yang hasilnya menunjukkan bahwa peran guru amat signifikan bagi setiap keberhasilan proses pembelajaran.
Penelitian itu kemudian dipublikasikan dengan titel: Behind the Classroom Doors, yang di dalamnya dijelaskan bahwa ketika para guru telah memasuki ruang kelas dan menutup pintu-pintu kelas itu, maka kualitas pembelajaran akan lebih banyak ditentukan oleh guru. Hal ini sangat masuk akal, karena ketika proses pembelajaran berlangsung, guru dapat melakukan apa saja di kelas. Ia dapat tampil sebagai sosok yang menarik sehingga mampu menebarkan virus nAch (needs for achievement) atau motivasi berprestasi, jika kita meminjam terminologi dari teorinya McCleland. Di dalam kelas itu seorang guru juga dapat tampil sebagai sosok yang mampu membuat siswa berpikir divergent dengan memberikan berbagai pertanyaan yang jawabnya tidak sekedar terkait dengan fakta, ya-tidak. Seorang guru di kelas dapat merumuskan pertanyaan kepada siswa yang memerlukan jawaban secara kreatif, imajinatif – hipotetik, dan sintetik (thought provoking questions).
Sebaliknya, dengan otoritasnya di kelas yang begitu besar itu, bagi seorang guru juga tidak menutup kemungkinan untuk tampil sebagai sosok yang membosankan, instruktif, dan tidak mampu menjadi idola bagi siswa di kelas. Bahkan dia juga bisa berkembang ke arah proses pembelajaran yang secara tidak sadar mematikan kreativitas, menumpulkan daya nalar, mengabaikan aspek afektif, dan dengan demikian dapat dimasukkan ke dalam kategori banking concept of education-nya Paulo Friere, atau learning to have-nya Eric From. Pendek kata, untuk melindungi kepentingan siswa, dan juga untuk mengembangkan sumber daya manusia (SDM) di daerah dalam jangka panjang di masa depan, guru memang harus profesional dan efektif di kelasnya masing-masing ketika ia harus melakukan proses belajar-mengajar.
Menurut Gary A. Davis dan Margaret A. Thomas, paling tidak ada empat kelompok besar ciri-ciri guru yang efektif. Keempat kelompok itu terdiri dari:
Pertama, memiliki kemampuan yang terkait dengan iklim belajar di kelas, yang kemudian dapat dirinci lagi menjadi (1) memiliki keterampilan interperso-nal, khususnya kemampuan untuk menunjukkan empati, penghargaan kepada siswa, dan ketulusan; (2) memiliki hubungan baik dengan siswa; (3) mampu menerima, mengakui, dan memperhatikan siswa secara tulus; (4) menunjukkan minat dan antusias yang tinggi dalam mengajar; (5) mampu menciptakan atmosfir untuk tumbuhnya kerja sama dan kohesivitas dalam dan antar kelompok siswa; (6) mampu melibatkan siswa dalam meng-organisasikan dan merencanakan kegiatan pembelajaran; (7) mampu mendengarkan siswa dan menghargai hak siswa untuk berbicara dalam setiap diskusi; (8) mampu meminimal-kan friksi-friksi di kelas jika ada.
Kedua, kemampuan yang terkait dengan strategi manajemen pembelajaran, yang meliputi: (1) memiliki kemampuan untuk menghadapi dan menangani siswa yang tidak memiliki perhatian, suka menyela, mengalihkan pembicaraan, dan mampu memberikan transisi substansi bahan ajar dalam proses pembelajaran; (2) mampu bertanya atau memberikan tugas yang memerlukan tingkatan berpikir yang berbeda untuk semua siswa.
Ketiga, memiliki kemampuan yang terkait dengan pemberian umpan balik (feedback) dan penguatan (reinforcement), yang terdiri dari: (1) mampu memberikan umpan balik yang positif terhadap respon siswa; (2) mampu memberikan respon yang bersifat membantu terhadap siswa yang lamban belajar; (3) mampu memberikan tindak lanjut terhadap jawaban siswa yang kurang memuaskan; (4) Mampu memberikan bantuan profesional kepada siswa jika diperlukan.
Keempat, memiliki kemampuan yang terkait dengan peningkatan diri, terdiri dari: (1) mampu menerapkan kurikulum dan metode mengajar secara inovatif; (2) mampu mem-perluas dan menambah pengetahuan mengenai metode-metode pengajaran; (3) mampu memanfaatkan perencanaan guru secara kelompok untuk menciptakan dan mengembang-kan metode pengajaran yang relevan. –
Menurut Brooks & Brooks (Iim Waliman, dkk. 2001) terdapat beberapa ciri yang menggambarkan seorang guru yang konstruktivis dalam melaksanakan proses pembelajaran siswa, yaitu:
- Guru mendorong, menerima inisiatif dan kemandirian siswa.
- Guru menggunakan data mentah sebagai sumber utama pada fokus materi pembelajaran.
- Guru memberikan tugas-tugas kepada siswa yang terarah pada pelatihan kemampuan mengklasifikasi, menganalisis, memprediksi, dan menciptakan.
- Guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk menguraikan isi pelajaran dan mengubah strategi belajar mengajar.
- Guru melakukan penelusuran pemahaman siswa terhadap suatu konsep sebelum memulai pembelajaran.
- Guru mendorong terjadinya dialog dengan dan antar siswa.
- Guru mendorong siswa untuk berfikir, melalui pertanyaan-pertanyaan terbuka dan mendorong siswa untuk bertanya sesama teman.
- Guru melakukan elaborasi respon siswa siswa, baik yang sudah benar maupun yang belum benar.
- Guru melibatkan siswa pada pengalaman yang menimbulkan kontradiksi dengan hipotesis siswa dan mendiskusikannya.
- Guru memberikan waktu berfikir yang cukup bagi siswa dalam menjawab pertanyaan
- Guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk mencoba menghubungkan beberapa hal yang dipelajari untuk meningkatkan pemahaman.
- Guru di akhir pembelajaran memfasilitasi proses penyimpulan melalui acuan yang benar.
Sumber :
Iim Waliman, dkk. 2001. Pengajaran Demokratis (Modul Manajemen Berbasis Sekolah). Bandung : Dinas Pendidikan Provinsi Jawa Barat
Para ahli dan cendikian Islam telah menetapkan beberapa ciri seorang guru yang baik. Dengan ciri-ciri berikut, seorang guru diharapkan dapat menjadi guru yang ahli di bidangnya. Ciri-ciri tersebut adalah:
Ikhlas dalam Mengemban Tugas sebagai Pengajar
Ia harus mempunyai falsafah hidup bahwa tugasnya tersebut merupakan bagian dari ibadah. Tentu saja suatu ibadah tidak akan diterima Allah bila tidak disertai dengan keikhlasan. Amat jauh perbedaan antara seorang guru yang ikhlas dan saleh dengan seorang guru yang munafik. Seorang pelajar biasanya dapat berprestasi karena keikhlasan dan kesalehan gurunya. Hal itu telah dijamin oleh Allah dalam firman-Nya berikut: “Hendaklah kalian menjadi orang-orang yang rabbani (orang yang sempurna ilmu dan takwanya kepada Allah), karena kalian selalu mengajarkan Al-Kitab dan disebabkan kalian tetap mempelajarinya,” (QS Ali Imran [3]: 79).
Memegang Amanat dalam Menyampaikan Ilmu
Bagi seorang guru, ilmu merupakan amanat dari Allah yang harus disampaikan kepada anak didiknya dengan tanpa ada yang dikurangi. Ia juga harus menyampaikannya sebaik dan sesempurna mungkin. Jika ada seorang guru menahan atau menyembunyikan ilmu yang dimilikinya, maka ia berarti telah berkhianat pada amanat yang telah diberikan Allah kepadanya.
Secara umum Allah telah memerintahkan untuk menyampaikan amanat (kepada yang berhak), termasuk amanat ilmu. Allah Swt. berfirman, “Sesungguhnya Allah menyuruh kalian untuk menyampaikan amanat kepada yang berhak menerimanya, dan (menyuruh kalian) apabila menetapkan hukum di antara manusia supaya kalian menetapkan dengan adil ,” (QS An-Nisa [4]: 58). Rasulullah Saw. juga bersabda, “Seseorang yang tidak mempunyai sifat amanah tidak dapat dikatakan beriman. Seseorang yang tidak menunaikan perjanjian tidak dapat dikatakan mempunyai agama,” (HR Ahmad).
Memiliki Kompetensi dalam Ilmunya
Sudah menjadi keharusan bagi seorang pengemban tugas sebagai pengajar untuk memilki penguasaan yang cukup atas ilmu yang akan ia ajarkan. Ia juga dapat menggunakan sarana-sarana pendukung dalam menyampaikan ilmu. Allah memerintahkan setiap orang untuk menyelesaikan pekerjaannya sesuai dengan yang diinginkan-Nya. Karakter ini berlandaskan sabda Rasulullah Saw. berikut: “Sesungguhnya Allah menyukai seorang di antara kalian yang bila bekerja ia menyelesaikan pekerjaannya (dengan baik),” (HR Al-Baihaqi).
Menjadi Teladan yang Baik bagi Anak Didiknya
Seorang pelajar pasti selalu melihat gurunya. Baginya, seorang guru adalah contoh berakhlak dan bertingkah laku, seperti halnya ia mengambil ilmu darinya. Oleh karena itu, seorang guru berpengaruh besar dalam pembentukan kepribadian seorang murid. Rasulullah sendiri dapat mempengaruhi khalayak ramai saat itu hanya dengan keteladanan beliau yang baik. Tidak heran bila waktu itu banyak orang Arab yang masuk Islam secara beramai-ramai. Tentang pentingnya keteladanan ini, Al-Quran menjelaskan dalam firman Allah Swt. berikut: “Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang baik bagi kalian (yaitu) bagi orang-orang yang mengharap (rahmat) Allah, hari akhir (kiamat), dan dia banyak menyebut Allah,” (QS Al-Ahzab [33]: 21).
Sumber:
http://gurutapteng.wordpress.com/2007/02/27/guru-yang-profesional-dan-efektif/
http://www.cahaya-islam.com/index.php?pilih=news&mod=yes&aksi=lihat&id=327
http://bk-stkip-pontianak.webs.com/apps/blog/show/678257-ciri-ciri-guru-konstruktivis